Emas kembali mencetak rekor baru di bulan September. Kecemasan investor terhadap pemulihan ekonomi makin terlihat setelah muncul ekspektasi akan adanya pelonggaran kebijakan moneter di negara maju. Jika skenario terus berjalan seperti ini, performa cemerlang emas akan bertahan hingga penutupan tahun.
Komoditi logam cukup terbantu oleh sentimen pelemahan Dollar terhadap valuta rival. The Greenback tertekan kelesuan indikator ekonomi Amerika Serikat (AS). Sentimen negatif tambahan datang dari ekspektasi kebijakan moneter longgar ala Federal Reserve Bank. Meskipun the Fed yakin bahwa ekspansi ekonomi terus berlanjut, data justru menegaskan sebaliknya. Pimpinan bank sentral, Ben Bernanke, bahkan sampai harus mengulang komitmen otoritas untuk menjaga kesinambungan pemulihan ekonomi. Antara lain dengan menambah volume pembelian obligasi, apabila diperlukan. Keputusan ini rentan diambil apabila mengacu pada kombinasi antara tingkat inflasi rendah dan buruknya data ekonomi. Stagnasi roda ekonomi juga diamini oleh Presiden AS, Barack Obama, dalam beberapa komentar terakhirnya.
Setali tiga uang, bank sentral negara lain ikut menunjukkan pesimisme serupa. Bank of Canada menilai lemahnya outlook ekonomi AS berdampak signifikan. Sementara Swiss National Bank dan Reserve Bank of New Zealand memangkas estimasi pertumbuhan dalam negeri masing-masing. Adapun European Central Bank memperpanjang fasilitas dana darurat hingga tahun 2011. Langkah lain ditempuh oleh Bank of England, yakni dengan tetap membuka jumlah pembelian obligasinya.
Sentimen besar bagi pasar finansial bulan lalu datang dari Jepang. Pemerintah akhirnya meng-intervensi Yen untuk melindungi perekonomian berbasis ekspor. Kabinet Perdana Menteri Naoto Kan terlihat baru mulai memerangi apresiasi Yen setelah keberhasilannya mempertahankan kursi eksekutif. Meskipun nilai intervensi awal masih lebih kecil dibandingkan intervensi tahun 2003 dan 2004, investor cukup gugup menyikapi kemungkinan pelonggaran moneter pasca keputusan tersebut. Apabila ekspektasi ini terbukti, maka biaya investasi emas akan lebih rendah, sehingga performa logam mulia dapat semakin berkilau.
Asumsi kenaikan emas cukup beralasan mengingat kondisi di belahan dunia lain juga tidak begitu menggembirakan. Seperti yang terjadi di Jerman, ketika kepercayaan investor terpuruk ke level terendah dalam 19 bulan terakhir. Disusul oleh stagnasi pada laporan output industri Eropa. Pada saat bersamaan, penjualan ritel Inggris terpantau anjlok. Cermin buram kawasan Eropa diperkeruh oleh melebarnya yield obligasi pemerintah Irlandia dan kinerja buruk sektor perbankan kawasan. Presiden ECB, Jean-Claude Trichet, mengatakan bahwa perbankan masih butuh waktu untuk tidak bergantung pada fasilitas pinjaman darurat.
Sementara itu, minat bank sentral berbagai negara untuk men-diversifikasi cadangan devisanya ke dalam bentuk emas belum memudar. Bangladesh baru saja membeli 10 ton emas dari Dana Moneter Internasional (IMF). Adapun Rusia kembali memperkuat cadangan emas sebanyak 16,2 ton. IMF sendiri telah menjual 88,3 ton logam mulia ke pasar bebas, namun aksi ini masih belum mampu meredam lonjakan harga. Dinamika perdagangan emas memberi sinyal akan tingginya minat investor terhadap komoditi logam mulia.
Prospek permintaan emas fisik juga terbilang baik menjelang akhir tahun. Tercatat adanya pembelian jumlah besar dari India, seiring musim perayaan hingga bulan November. Di China, apresiasi Yuan kian mempermudah impor emas di tengah minimnya volume produksi. Penurunan stok tercermin dari rencana AngloGold Ashanti, produsen emas terbesar Afrika, yang telah menyiapkan dana $1,58 miliar untuk membatalkan transaksi hedging-nya. AngloGold melihat prospek harga emas cukup kuat tahun depan.
Goldman Sachs optimis bahwa emas mampu mencapai level $1.300 pada akhir tahun. Tidak berbeda jauh, Citigroup memprediksi emas bisa meraih $1.300 hanya dalam hitungan bulan. Sementara Deutsche Bank meyakini harga rata-rata emas menembus $1.400 pada kuartal ke-empat. Survei Bloomberg terakhir bahkan memproyeksikan emas untuk bertengger di $1.500 pada 2011.
Analisa Teknikal:Pada grafik mingguan, penguatan emas terjaga seiring harga masih diperdagangkan dalam channel bullish. Emas juga stabil di atas Moving Average 50-100-200. Namun, indikator stochastic berada di area overbought. Dengan demikian, indikasi aksi ambil untung dapat terjadi ketika emas mencetak level puncak terbaru. Harga 1.300 (level psikologis) merupakan target terdekat bagi reli logam mulia. Koreksi di dekat batas bawah channel merupakan peluang yang baik untuk kembali masuk. Sedangkan level 1249 dan 1226 (harga tertinggi 14 Mei 2010 dan 3 Desember 2009) akan menjadi support.
Oleh: Zulfirman Basir – Senior Research & Analyst
Komoditi logam cukup terbantu oleh sentimen pelemahan Dollar terhadap valuta rival. The Greenback tertekan kelesuan indikator ekonomi Amerika Serikat (AS). Sentimen negatif tambahan datang dari ekspektasi kebijakan moneter longgar ala Federal Reserve Bank. Meskipun the Fed yakin bahwa ekspansi ekonomi terus berlanjut, data justru menegaskan sebaliknya. Pimpinan bank sentral, Ben Bernanke, bahkan sampai harus mengulang komitmen otoritas untuk menjaga kesinambungan pemulihan ekonomi. Antara lain dengan menambah volume pembelian obligasi, apabila diperlukan. Keputusan ini rentan diambil apabila mengacu pada kombinasi antara tingkat inflasi rendah dan buruknya data ekonomi. Stagnasi roda ekonomi juga diamini oleh Presiden AS, Barack Obama, dalam beberapa komentar terakhirnya.
Setali tiga uang, bank sentral negara lain ikut menunjukkan pesimisme serupa. Bank of Canada menilai lemahnya outlook ekonomi AS berdampak signifikan. Sementara Swiss National Bank dan Reserve Bank of New Zealand memangkas estimasi pertumbuhan dalam negeri masing-masing. Adapun European Central Bank memperpanjang fasilitas dana darurat hingga tahun 2011. Langkah lain ditempuh oleh Bank of England, yakni dengan tetap membuka jumlah pembelian obligasinya.
Sentimen besar bagi pasar finansial bulan lalu datang dari Jepang. Pemerintah akhirnya meng-intervensi Yen untuk melindungi perekonomian berbasis ekspor. Kabinet Perdana Menteri Naoto Kan terlihat baru mulai memerangi apresiasi Yen setelah keberhasilannya mempertahankan kursi eksekutif. Meskipun nilai intervensi awal masih lebih kecil dibandingkan intervensi tahun 2003 dan 2004, investor cukup gugup menyikapi kemungkinan pelonggaran moneter pasca keputusan tersebut. Apabila ekspektasi ini terbukti, maka biaya investasi emas akan lebih rendah, sehingga performa logam mulia dapat semakin berkilau.
Asumsi kenaikan emas cukup beralasan mengingat kondisi di belahan dunia lain juga tidak begitu menggembirakan. Seperti yang terjadi di Jerman, ketika kepercayaan investor terpuruk ke level terendah dalam 19 bulan terakhir. Disusul oleh stagnasi pada laporan output industri Eropa. Pada saat bersamaan, penjualan ritel Inggris terpantau anjlok. Cermin buram kawasan Eropa diperkeruh oleh melebarnya yield obligasi pemerintah Irlandia dan kinerja buruk sektor perbankan kawasan. Presiden ECB, Jean-Claude Trichet, mengatakan bahwa perbankan masih butuh waktu untuk tidak bergantung pada fasilitas pinjaman darurat.
Sementara itu, minat bank sentral berbagai negara untuk men-diversifikasi cadangan devisanya ke dalam bentuk emas belum memudar. Bangladesh baru saja membeli 10 ton emas dari Dana Moneter Internasional (IMF). Adapun Rusia kembali memperkuat cadangan emas sebanyak 16,2 ton. IMF sendiri telah menjual 88,3 ton logam mulia ke pasar bebas, namun aksi ini masih belum mampu meredam lonjakan harga. Dinamika perdagangan emas memberi sinyal akan tingginya minat investor terhadap komoditi logam mulia.
Prospek permintaan emas fisik juga terbilang baik menjelang akhir tahun. Tercatat adanya pembelian jumlah besar dari India, seiring musim perayaan hingga bulan November. Di China, apresiasi Yuan kian mempermudah impor emas di tengah minimnya volume produksi. Penurunan stok tercermin dari rencana AngloGold Ashanti, produsen emas terbesar Afrika, yang telah menyiapkan dana $1,58 miliar untuk membatalkan transaksi hedging-nya. AngloGold melihat prospek harga emas cukup kuat tahun depan.
Goldman Sachs optimis bahwa emas mampu mencapai level $1.300 pada akhir tahun. Tidak berbeda jauh, Citigroup memprediksi emas bisa meraih $1.300 hanya dalam hitungan bulan. Sementara Deutsche Bank meyakini harga rata-rata emas menembus $1.400 pada kuartal ke-empat. Survei Bloomberg terakhir bahkan memproyeksikan emas untuk bertengger di $1.500 pada 2011.
Analisa Teknikal:
Pada grafik mingguan, penguatan emas terjaga seiring harga masih diperdagangkan dalam channel bullish. Emas juga stabil di atas Moving Average 50-100-200. Namun, indikator stochastic berada di area overbought. Dengan demikian, indikasi aksi ambil untung dapat terjadi ketika emas mencetak level puncak terbaru. Harga 1.300 (level psikologis) merupakan target terdekat bagi reli logam mulia. Koreksi di dekat batas bawah channel merupakan peluang yang baik untuk kembali masuk. Sedangkan level 1249 dan 1226 (harga tertinggi 14 Mei 2010 dan 3 Desember 2009) akan menjadi support.
Oleh: Zulfirman Basir – Senior Research & Analyst
Tidak ada komentar:
Posting Komentar