Rabu, 10 November 2010

PERINGATAN 10 NOVEMBER

Bangsa kita setiap tahun merayakan Hari Pahlawan pada tanggal 10 November.


Pada saat itulah kita mengenang perjuangan dan jasa para pahlawan yang telah bersedia mengorbankan harta dan nyawanya untuk memperjuangkan dan merebut serta mempertahankan kemerdekaan. Kita memilih 10 November sebagai Hari Pahlawan karena pada tanggal tersebut 65 tahun silam para pejuang kita bertempur mati-matian untuk melawan tentara Sekutu (Inggris) dalam pertempuran Surabaya yang terkenal, yang mengakibatkan jatuh korban jiwa 6000 orang rakyat kita.

Saat itu kita hanya mempunyai beberapa pucuk meriam, belasan senjata mesin, ratusan senjata api rampasan jepang, selebihnya para pejuang menggunakan bambu runcing, tombak, pedang, gplpl dan senjata apa saja. Namun para pejuang kita tak pernah gentar untuk melawan penjajah yang bersenjatakan modern di darat laut dan udara.

Kita masih ingat tokoh yang terkenal pada saat perjuangan itu yakni Bung Tomo yang mampu menyalakan semangat perjuangan rakyat lewat seruan dalam siaran-siarannya radionya. Juga Ruslan Abdul Gani yang telah meninggal beberapa waktu lalu, adalah salah seorang pelaku sejarah waktu itu.

Setiap tahun kita mengenang jasa para pahlawan kita. Juga hampir setiap tahun kita angkat Pahlawan nasional yang baru. Namun terasa, mutu dan makna peringatan itu menurun dari tahun ke tahun. Kita sudah makin tidak menghayati makna hari pahlawan. Peringatan yang kita lakukan sekarang cenderung bersifat seremonial. Memang kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya pada waktu itu.

Tugas kita saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman. Saat memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, rakyat telah mengorbankan nyawanya. Kita wajib menundukkan kepala untuk mengenang jasa-jasa mereka. Karena itulah kita merayakan Hari Pahlawan setiap 10 November.

Akan tetapi kepahlawanan tidak hanya berhenti di sana. Dalam mengisi kemerdekaan pun kita dituntut untuk menjadi pahlawan. Bukankah arti pahlawan itu adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran? Bukankah makna pahlawan itu adalah pejuang gagah berani? Bukankah makna kepahlawanan tak lain adalah perihal sifat pahlawan seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan?

Menghadapi situasi seperti sekarang kita berharap muncul banyak pahlawan dalam segala bidang kehidupan. Dalam konteks ini kita dapat mengisi makna Hari Pahlawan yang kita peringati setiap tahun pada 10 November, termasuk pada hari ini. Bangsa ini sedang membutuhkan banyak pahlawan, pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang damai, Indonesia yang adil dan demokratis, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kita mencatat beberapa wilayah Indonesia masih dihantui tindakan teror. Kita membutuhkan orang yang berani untuk menangkap pelakunya. Negeri kita sedang dililit kanker korupsi yang sudah mencapai stadium terakhir. Kita membutuhkan orang-orang berani untuk memberantasnya. Seorang ilmuwan pun bisa menjadi pahlawan dalam bidangnya berkat penemuannya yang dapat menyejahterahkan orang banyak. Seorang petugas pemadam kebakaran yang tewas saat berjuang mematikan api yang sedang membakar rumah penduduk adalah pahlawan juga. Seorang pemuda yang memiliki cita-cita untuk membangun bangsa ini dimasa depan juga merupakan calon pahlawan, kita semua berpotensi menjadi pahlawan, baik untuk bangsa ini maupun keluarga kita.

Setiap orang harus berjuang untuk menjadi pahlawan. Karena itu, hari pahlawan tidak hanya pada 10 November, tetapi berlangsung setiap hari dalam hidup kita, semua pemuda bangsa, The Indonesia Next Generation. Setiap hari kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan keluarga. Artinya, kita menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan masing-masing. Mahasiswa Universitas Trisakti yang tewas ditembak dalam perjuangan reformasi tahun 1998 adalah pahlawan, meskipun negara belum menobatkan mereka sebagai pahlawan.

Memang tidak mudah untuk menjadi pahlawan. Mungkin lebih mudah bagi kita menjadi pahlawan bakiak, yaitu suami yang patuh (takut) kepada istrinya. Atau menjadi pahlawan kesiangan, yakni orang yang baru mau bekerja (berjuang) setelah peperangan (masa sulit) berakhir atau orang yang ketika masa perjuangan tidak melakukan apa-apa, tetapi setelah peperangan selesai menyatakan diri pejuang.

Hari ini kita merayakan Hari Pahlawan untuk mengenang jasa para pejuang pada masa silam. Mari Kita bertanya pada diri sendiri apakah kita rela mengorbankan diri untuk mengembangkan diri dalam bidang kita masing-masing dan mencetak prestasi dengan cara yang adil, pantas dan wajar. Mulailah dari menziarahi makam para pahlawan kita, untuk mengingat bahwa kita kelak akan seperti mereka, mendekam dalam tanah darimana kita manusia berasal. Hidup hanya sekali sesudah itu mati, dan sebelum ajal menjemput jadilah kalian orang yang berarti, tidak hanya untuk bangsa dan negeri ini, tetapi minimal untuk diri sendiri dan orang yang mencintaimu. Tekadkan niat dengan menjiwai sikap para pahlawan dan berusalah untuk menunjukkan kepahlawanan di berbagai bidang. Itulah hakikat kepahlawan sekarang.

Selamat Memperingati Hari Pahlawan 10 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar